
Indonesia mulai melirik kembali asas cabotage untuk industri kapal nasional. Asas cabotage ini menjelaskan bahwa kegiatan angkutan laut dalam negeri dilakukan oleh perusahaan angkutan laut nasional dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia serta diawaki oleh Awak Kapal berkewarganegaraan Indonesia. "Tidak hanya itu, kapal asing dilarang mengangkut penumpang atau barang antar pulau atau antar pelabuhan di wilayah perairan di Indonesia," kata Direktur PT Global Expo Management (GEM) Baki Lee usai membuka INAMARINE & INAGRITECH 2019 yang juga bersamaan dengan konferensi internasional The Challenges & Opportunies of Maritime & Agriculture Industry 4.0 di Jakarta, Rabu (28/8).
Acara dibuka Dirjen Industri, Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenprin. Hadiri antara lain Direktur Perkapalan dan Kepelautan Kementerian Perhubungan Capt Sudiono, Ketua IPRINDO Eddy Kurniawan Logam, Wakil Ketua ALSINTANI Henry Haryanto, dan Ketua MAI Fadel Muhammad.
Mengutip data Indonesia National Shipowner Association (INSA), Baki mengatakan, jumlah armada kapal di Indonesia telah mencapai 24.046 unit melonjak dari jumlah 6.041 unit pada tahun 2005 yang terdiri dari armada angkutan laut pelayaran dan angkutan laut khusus.
Secara total kapasitas angkut pada tahun 2005 sebesar 5,67 juta GT melonjak pada tahun 2016 sebesar 38,7 juta GT. Dengan adanya peningkatan armada nasional, kata dia, kebijakan ini tentunya berdampak positif bagi ekonomi nasional khususnya di sektor pelayaran dan sektor terkait Iainnya. Belum Iagi, pelayaran nasional telah mampu melayani distribusi angkutan kargo domestic dari Sabang hingga Merauke.
Ditambah Iagi, kata Baki, industri maritime menjadi target berikutnya dalam mewujudkan Revolusi industri 4.0 di Indonesia. Beberapa sektor di industri maritime (sektor pelabuhan, logistic maupun pelayaran) telah menggunakan sistem lnaportnet untuk menerapkan industri 4.0.
lnaportnet adalah portal elektronis untuk memfasilitasi pertukaran data dan informasi Iayanan kepelabuhan yang terintegrasi dengan instansi pemerintah. lnaportnet telah diterapkan pada 16 pelabuhan strategis dan digunakan secara daily basis untuk mengelola Iayanan pelabuhan mulai dari kedatangan dan keberangkatan kapal, proses bongkar muat hingga pemantauan proses keluar masuk barang.
Aktivitas industri perkapalan, kata Baki, dinilai dapat memberikan efek berantai yang luas sehingga industri perkapalan mampu menggerakkan roda perekonomian di sektor Iainnya.
Dengan adanya asas cabotage dan revolusi 4.0 ini, Baki berharap industri maritime Indonesia akan menjadi sektor penunjang paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi Negara.
Melihat peluang inilah, kata Baki, GEM Indonesia kembali menggelar pameran lnternasional di bidang perkapalan dan offshore, INAMARINE 2019.
Pameran ini diselenggarakan bersamaan dengan AINAWELDING (berfokus kepada alat pengelasan kapal), INACOATING (berfokus pada pengecatan kapal) dan PORT&TERMINAL (berfokus kepada teknologi terbaru untuk pelabuhan).
Pameran ini diharapkan dapat mendukung program Maritim yang dicanangkan pemerintah dengan menghadirkan teknologi terkini dibidang perkapalan seperti shipbuilding, Iepas pantai hingga tingkat keamanan untuk kapal dan pelabuhan.
Tidak hanya itu, GEM Indonesia menghadirkan konferensi internasional untuk mengedukasi dan memberikan pandangan terbaru dalam teknologi industri perkapalan. INDONESIA MARITIME FORUM mengusung tema “The H. & Opportunies of Maritime Industry 4.0". (son)