Setelah mengeksekusi proyek PLTA, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengawal investasi untuk Proyek Light Rail Transit (LRT) Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali. Proyek yang menghubungkan terminal satelit Jineng dan Bandara I Gusti Ngurah Rai sepanjang 4,78 Km menelan investasi Rp 5 triliun.
Penandatangan MoU dilakukan antara Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Utama PT Nindya Karya Haedar A. Karim, Executive Director Korea Overseas Infrastructure & Urban Development Corporation (KIND) Lim Han Gyu dan Executive Director Korea Rail Network Authority (KRNA) Son Byeong Doo berlangsung di Jakarta, Selasa (21/1).
Penandatangan kerjasama disaksikan Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal BKPM Ikmal Lukman dan Attache Representative Korean Embassy Jakarta Kim Dong Jin
Ikmal mengatakan, penandatanganan kerjasama ini merupakan salah satu tindak lanjut MoU antara BKPM dengan KIND yang ditandatangani di Korea Selatan pada September tahun lalu.
BKPM juga menghimbau investor untuk bermitra dengan UKM setempat sehingga manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar.
Sementara Haedar mengatakan, pembangunan transportasi publik itu merupakan ide dari pemerintah setempat. "Pemerintah Bali minta untuk kita juga bangun transportasi publik daerah Seminyak. Tapi mereka inginnya green city jadi hanya mobil listrik atau kereta api (listrik)," katanya.
Haedar menjelaskan, proyek ini merupakan langkah awal yang nantinya akan berlanjut dalam pengembangan green city dan juga TOD di daerah Seminyak dan Kuta.
Pembangunan LRT Bandara I Gusti Ngurah Rai bertujuan untuk memfasilitasi pengguna dan diharapkan dapat meningkatkan konektivitas antara terminal satelit Jineng di Kuta dengan Bandara Ngurah Rai. Selain itu, LRT dapat menjadi alternatif moda transportasi menuju bandara untuk mengurangi kemacetan lalu lintas di sekitar bandara.
Diharapkan, keberadaan transportasi publik berbasis rel listrik akan dapat memudahkan mobilitas masyarakat serta wisatawan yang berkunjung ke Pulau Dewata. (son)