
BOGOR (Bisnis Jakarta) – Niswana Wafi Alfarda bersama Sures Setiadi Tarigan, adalah dua orang mahasiswa dari Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), berhasil membuat inovasi produk pangan berupa bubur instan siap saji, berbahan baku tepung pati singkong dan tepung daun kelor yang diberi nama MORA.
Atas karya dan inovasinya tersebut, Niswana dan Sres, baru-baru ini berhasil menyabet juara 1 dalam ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional, tingkat Mahasiswa Fakultas Pertanian dan Peternakan di Universitas Diponegoro. “Senag dan tidak menyangka karya ilmiah inovasi kami ini bisa juara,” ujar mereka, ditemui di kampus IPB, Senin,(08/10).
Niswana Wafi Alfarda atau yang akrab disapa Afi oleh teman-temannya itu menyampaikan, bahwa saat ini ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap konsumsi beras sebagai makanan pokok semakin meningkat. Peningkatan konsumsi beras ini tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah beras yang mampu diproduksi petani di Indonesia. Hal ini menjadi penyebab utama terjadinya impor beras yang cukup tinggi setiap tahun. “Itulah ide awal yang melatar belakangi kami tergerak untuk melakukan inovasi produk pangan berupa bubur siap saji dari tepung singkong dan daun kelor ini,” kata Afi.
Di sisi lain, lanjut mereka, singkong dapat dijadikan sebagai sumber karbohidrat alternatif. Demikian juga dengan tanaman kelor yang sudah dikenal di seluruh dunia sebagai tanaman bergizi tinggi. Bahkan World Health Organization (WHO) telah memperkenalkan kelor sebagai salah satu pangan alternatif untuk mengatasi masalah gizi (malnutrisi) di berbagai belahan dunia.
Kelor mendapat julukan Miracle Tree dan Mother’s Best Friend, yang artinya dapat tumbuh dengan cepat dan sangat bertoleransi dengan iklim yang ekstrim. “Di kita pemanfaatan tanaman kelor sebagai bahan pangan yang kaya zat gizi ini masih sangat minim,” sesalnya.
Seperti yang diketahui, bahwa berdasarkan hasil riset dan penelitian kandungan zat gizi dalam kelor dan singkong cukup besar. Dan kami melihat potensi trend masyarakat masa kini yang makin gandrung dengan produk instan. “Kenapa bubur ini kami berinama MORA itu merupakan kependekan kata dari Moringa Esculenta yang mana perpaduan dari dua nama latin singkong (Manihot esculenta Crantz) dan daun kelor (Moringa oleifera),” jelasnya.
Niswana Wafi Alfarda mengatakan, bahwa bubur MORA diklaim lebih praktis dan tahan lama karena dikemas dalam kemasan plastik kedap udara. Kandungan gizi dari keduanya pun dijamin juga tidak akan hilang. “Inovasi bubur MORA ini kemarin pada bulan September kami ikutkan dalam ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Tingkat Mahasiswa Fakultas Pertanian dan Peternakan di Universitas Diponegoro. “Ya harapan kami MORA ini kedepan dapat diproduksi massal dan dapat dinikmati masyarakat Indonesia,” harapan mereka. (bas)