Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia Wiwiek Widayanti mengatakan masyarakat terutama pngguna KRL Commuter Line kini semakin mudah berpindah moda transportasi dengan adanya stasiun terpadu.
Kementerian BUMN melalui PT Kereta Api Indonesia dan PT KCI bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah berkolaborasi menyelesaikan pembangunan sarana prasarana Stasiun Terpadu di empat stasiun yang menjadi pelopor yaitu Stasiun Tanah Abang, Stasiun Sudirman, Stasiun Juanda, dan Stasiun Pasar Senen.
Pembangunan di empat stasiun tersebut meliputi penataan kawasan stasiun, peningkatan prasarana di dalam stasiun, pembangunan halte di sekitar stasiun, serta manajemen sirkulasi pengguna dan kendaraan untuk mengurai kemacetan di sekitar stasiun.
Hasilnya, menurut dia, para pengguna KRL kini lebih mudah berganti moda dalam mengakses stasiun KRL maupun mencari transportasi lanjutan setelah turun dari KRL. “Kini stasiun-stasiun KRL telah terintegrasi secara fisik maupun informasi dengan moda lain mulai dari Bus Transjakarta, MRT, ojek daring maupun pangkalan, hingga mikrotrans dan bajaj. Tentunya ini akan membuat pengguna kami semakin nyaman menggunakan transportasi publik,” jelas Wiwik.
Salah satu stasiun yang sudah terintegrasi adalah Stasiun Tanah Abang. Stasiun ini merupakan salah satu stasiun terbesar dan dengan jumlah pengguna tertinggi di Jabodetabek. “Integrasi ini akan semakin mengembangkan potensi Stasiun Tanah Abang, terutama dari segi volume pengguna,” kata Wiwik.
Stasiun tanah abang dapat melayani hingga lebih dari 120.000 pengguna per hari. Puncak aktivitas di stasiun ini biasanya terjadi saat hari pasar di Tanah Abang yang juga bertepatan dengan hari kerja untuk kawasan perkantoran di sekitar Jakarta Pusat.
Volume tertinggi biasanya tercatat pada pekan-pekan akhir sebelum hari raya Idul Fitri di mana aktivitas perniagaan di Pasar Tanah Abang mencapai puncaknya, sementara aktivitas perkantoran juga masih belum memasuki masa cuti bersama.
Sebelum pandemi Covid-19, volume pengguna di Stasiun Tanah Abang rata-rata adalah 40.789 per harinya. Selama pandemi dan pemberlakuan PSBB, rata-rata volume pengguna hanya 12.061 setiap hari. “Namun demikian, Stasiun Tanah Abang menjadi salah satu contoh dimana physical distancing dapat dijaga dengan disiplin bahkan saat jam-jam padat pengguna,” kata Wiwik.
Dari segi operasional, Stasiun Tanah Abang juga salah satu stasiun tersibuk. Tanah Abang merupakan Stasiun Transit yang melayani lintas Bogor/ Depok/Nambo – Angke/Jatinegara PP dan lintas Rangkasbitung/ Maja/ Parungpanjang/ Serpong – Tanah Abang PP. Total ada 337 perjalanan KRL yang melalui Stasiun Tanahabang atau sekitar 36 persen dari total perjalanan KRL di Jabodetabek setiap harinya sejumlah 935 perjalanan.
Fasilitas pelayanan di Stasiun Tanah Abang juga cukup lengkap. Stasiun ini memiliki jembatan penyebrangan orang agar puluhan ribu pengguna KRL dapat transit atau berpindah jalur tanpa melalui penyebrangan sebidang dengan rel sehingga aspek keselamatan terjamin dan tidak mengganggu operasional kereta.
JPO dilengkapi eskalator ke seluruh peron sehingga lebih aksesibel. Stasiun Tanah Abang juga memiliki dua area hall dan akses masuk yang besar.
Stasiun ini juga memiliki Ruang Pelayanan Disabilitas dan Pos Kesehatan yang dapat memberikan pertolongan pertama bagi pengguna.
Stasiun-stasiun lain yang telah terintegrasi yaitu Juanda, Sudirman, dan Pasar Senen juga diprediksi akan meningkat volume penggunanya terutama setelah pandemi Covid-19 berlalu. “Dengan integrasi yang lebih baik, kami juga berharap angka kepuasan pengguna terhadap layanan di stasiun-stasiun tersebut dan layanan KRL secara umum akan meningkat,” tutup Wiwik. (son)