Sekolah Ibu, Hadir untuk Ketahanan Keluarga

BOGOR (Bisnis Jakarta) – Sebanyak 68 orang tenaga pengajar Sekolah Ibu akan mulai aktivitasnya secara serentak di 68 titik kelurahan di Kota Bogor pada Kamis (19/7/18). Para tenaga pengajar itu didaulat sebagai garda terdepan untuk memperkuat ketahanan keluarga lewat peran perempuan atau ibu di Kota Bogor sehingga memiliki peradaban yang tangguh.

Walikota Bogor, Bima Arya, mengatakan peran seorang ibu dalam sebuah keluarga sangatlah besar dalam membina ketahanan keluarga.

“Peran ibu itu harus terus didorong, salah satunya yakni melalui program Sekolah Ibu ini. Mudah mudahan program ini dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan,” kata Bima Arya, dalam acara Peringatan Hari Kesatuan Gerak PKK, Tingkat Kota Bogor Ke-46 Tahun 2018, di Gedung Poetri Ballroom SKI, Katulampa, Kota Bogor Selasa.

Menurut Bima Arya, salah satu kunci ketahanan keluarga dipegang oleh kaum ibu. Saat ini, banyak persoalan keluarga disebabkan ketidaksiapan perempuan menjadi seorang istri dan orang tua.

“Berbagai kasus dalam keluarga banyak kita temukan akibat ketidak tahuan para orang tua khususnya seorang ibu yang tidak faham pentingnya menjaga ketahanan keluarga mereka,” sesal Walikota Bogor.

Titin Yustina, warga Sindang Barang, Kota Bogor salah satu dari 68 tenaga pengajar sukarela ini tertarik menjadi bagian dari Sekolah Ibu yang digagas Ketua TP-PKK Kota Bogor, Yane Ardian, itu mengaku bangga bisa bergabung dan menjadi relawan dalam program tersebut.

“Padahal peran ibu sangat banyak dan detail dalam urusan rumah tangga. Kaum ibulah yang menjadi tiang berdirinya bangunan keluarga yang kokoh. Keterlibatan dan ketertarikan saya menjadi tenaga pengajar Sekolah Ibu dilatarbelakangi keinginan untuk memberdayakan para ibu, utamanya para ibu muda,” ungkap wanita yang juga berprofesi sebagai dosen di Institut Agama Islam Sahid Bogor itu.

Berangkat dari pengalamannya itu, Tutin mengaku bahwa pendidikan merupakan senjata yang paling ampuh untuk pemberdayaan perempuan.

“Etos kerja, komitmen dan disiplin merupakan 3 faktor yang menentukan kesejahteraan bagi semua. Ini yang harus dikembangkan terus oleh kaum ibu,” ujar kandidat Doktor Komunikasi dari IPB ini.

Menurut dia, mayoritas para kaum ibu di Bogor saat ini masih berpandangan bahwa mereka hanya cukup bisa membaca dan menulis lantaran pada akhirnya akan berkutat dengan urusan dapur,sumur dan kasur saja.

“Itu pandangan yang salah. Kebanyakan permasalahan yang muncul dalam keluarga karena kurangnya komunikasi. Di Sekolah Ibu para peserta akan diajari komunikasi dalam keluarga. Jika ibu dapat berkomunikasi dengan baik ke anak dan suami, Insya Allah rumah tangganya juga  akan baik. Ibu merupakan intisari keluarga,” jelas Titin.

Titin dan para relawan lainnya berharap, dengan adanya Sekolah Ibu di Bogor ini diharapkan pengetahuan para ibu di Bogor terus meningkat, sikap dan perilakunya berubah menjadi lebih baik. Dampaknya untuk meningkatkan kualitas komunikasi internal keluarga sehingga bisa melahirkan generasi yang cemerlang.

“Dengan belajar di Sekolah Ibu, para ibu akan mendapatkan ilmu untuk mencari solusi atas permasalahan keluarga yang mereka hadapi. Sekolah Ibu akan memberikan prospek yang bagus bagi ketahanan keluarga,” jelasnya. (bas)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button