Jakarta ( Bisnis Jakarta ) – Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyebut konsep “nomadic tourism” yang mengandalkan fasilitas pendukung temporer sesuai untuk pengembangan pariwisata di Maluku Utara.
“Potensi pariwisata di Provinsi Maluku Utara sangat besar karena didukung oleh kekayaan alam, tingkat kebudayaan dan kesenian yang tinggi. Hal tersebut terlihat dari hasil survei Badan Pusat Statistik yang menyebutkan bahwa Provinsi Maluku Utara menempati urutan teratas Indeks Kebahagiaan 2017 dengan skor 75,68,” kata Menpar Arief Yahya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.
Namun, ia mengatakan, untuk menarik jumlah kunjungan wisman dibutuhkan pengembangan pariwisata berstandar internasional.
Sayangnya, pengembangan sektor pariwisata berstandar internasional membutuhkan investasi besar dan jangka waktu yang lama.
Menpar mencontohkan, untuk menjadikan suatu daerah sebagai destinasi kelas dunia, salah satunya wajib memiliki bandara internasional, yang pembangunannya cukup mahal dan perlu waktu bertahun-tahun.
“Oleh karena itu, pengembangan pariwisata di Provinsi Maluku Utara dapat dilakukan melalui konsep ‘Nomadic Tourism’,” katanya.
Artinya, kata dia, segala sarana pendukung pariwisata dapat dibuat secara “temporary”.
Menpar Arief Yahya menawarkan untuk membantu membangun fasilitas “seaplane” untuk aksesibilitas di Maluku Utara, karena pembangunan bandara membutuhkan waktu lama.
“Nomadic Tourism, adalah bentuk akomodasi sementara seperti glam camp, home pod, karena membangun hotel akan sangat lama. ‘Nomadic tourism’ dan ‘sea plane’ jika dikombinasikan maka akan sempurna,” ujarnya.
Menpar mendorong Kadispar Maluku Utara untuk menjalankan program tersebut, Kementerian Pariwisata akan membantu dengan menghubungkan kepada para investor.
Sesuai karakternya, yaitu “nomadic”, fasilitas-fasilitas tersebut juga bisa dipindah-pindah alias tidak permanen.
Dengan begitu, kata dia, “nomadic tourism” ini sangat cocok dikembangkan di daerah-daerah yang belum tersedia akomodasi seperti perhotelan atau pun homestay.
Menpar pun mendorong industri pariwisata untuk mengembangkan produk wisata “nomadic tourism” dan memasarkannya.
Sementara itu, PIC Program “Nomadic Tourism”, Waizly Darwin mengatakan, “Nomadic Tourism” adalah jawaban Kemenpar untuk mendongkrak jumlah amenitas pariwisata sekaligus mengimbangi pertumbuhan kunjungan wisatawan.
“Sebab tren amenitas di tingkat global beralih ke amenitas berbasis pengalaman. Bila dulu yang dicari adalah hotel berbintang atau nonbintang, kini yang banyak diburu seperti ‘specialty lodging’, homestay/guesthouses, atau bumi perkemahan ‘glamping’,” ujarnya.
Morotai Maluku Utara sendiri merupakan salah satu dari 10 Destinasi Pariwisata Prioritas dengan atraksi utama wisata bahari.
Saat ini di wilayah itu sedang dibangun berbagai fasilitas pendukung, seperti pengembangan bandara, pengerasan, dan pelebaran landasan dari 2.400×30 meter menjadi 2.400×45 meter.
Hingga kini proses yang dilakukan memasuki tahap lelang dimana Gedung Terminal ditargetkan selesai 31 Maret atau paling lambat April 2018.(ant)