BISNISJAKARTA.co.id – Staf Ahli Bidang Ekonomi Kementerian Ketenagakerjaan Aris Wahyudi menilai, perlu ada keselarasan Link and Match antara sekolah yang menghasilkan tenaga kerja dan dunia usaha atau industri yang membutuhkan tenaga kerja. Ia berharap selesai acara ini masing-masing pihak melakukan introspeksi dan memperbaiki diri, bagaimana antara penawaran dan permintaan tercapai keselarasan dan kesepahaman, link and match, walau hampir tidak mungkin 100 persen cocok dan relevan dengan dunia usaha dan industri.
“Kami melihat selama ini salah satu hambatan dari industri bersumber dari ketenagakerjaan, seperti masalah kesulitan mencari karyawan, ketika mendapat karyawan ternyata kinerjanya tidak sesuai dan tidak mudah diberhentikan, hingga upah yang terus meningkat. Sementara di sisi penawaran, tenaga kerja atau lulusan vokasi yang melimpah juga merasa sulit untuk memasuki pasar kerja,” ungkap Aris Wahyudi dalam kegiatan 1st Indonesian Vocational Link and Match hari kedua, di Denpasar, Sabtu (18/11).
Dengan itu maka kegiatan link and match di Bali ini dirasa sesuai untuk mengimplementasikan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 68 tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan, di mana nantinya tenaga kerja lulusan SMK yang dihasilkan relevan dengan kebutuhan dunia usaha. Kepada instansi pendidikan vokasi, Ia berpesan agar menerapkan formula 3C dalam mendidik siswa, yaitu competent, confident, dan connecting, karena langkah ini akan memudahkan mereka ketika hendak mencari pekerjaan.
“Cukup lah anak-anak mendapat pekerjaan dengan cara tiba-tiba ada panggilan, bisa dengan memanfaatkan akses portal Top Loker, atau di Kemenaker ada Karirhub, Siapkerja, kita ada fungsi antar kerja BKK, dan fasilitas balai latihan kerja untuk reskilling ketika berpindah profesi,” ujarnya.
Kegiatan 1st Indonesian Vocational Link and Match di hari kedua, Sabtu (18/11) melakukan penandatanganan MoU SMK dan dunia usaha secara digital. Penandatangan dilakukan puluhan pihak sekolah dengan dunia usaha dalam penyaluran tenaga kerja.
“Masih ada ribuan dunia usaha yang menunggu dari bapak-bapak dan ibu-ibu untuk ditindaklanjuti,” ujar Rektor Universitas Sains dan Teknologi Komputer (STEKOM) Semarang Dr. Joseph Teguh Santoso MKom.
Selaku penyelenggara 1st Indonesian Vocational Link and Match, Joseph mengaku sengaja mengumpulkan hampir 400 peserta diskusi yang terdiri dari instansi pendidikan vokasi dan industri agar mencapai titik tengah yang memudahkan siswa mendapat pekerjaan setelah lulus. Ia menawarkan produk penelitian kampus tersebut yaitu Toploker.com, di mana sistem ini menghadirkan ribuan lowongan kerja yang bisa diakses siswa SMK tiap harinya. Selain itu dari situs ini, siswa dapat mendapat gambaran dunia kerja yang akan mereka masuki.
“Ini supaya anak dari kelas 10 sudah punya pegangan untuk mempermudah mendapat pekerjaan, ada lebih dari 20 sistem di sini untuk meringankan beban pendidik. Misalnya dengan virtual job fair tiap bulan, bayangkan itu 3 tahun sudah 36 kali dia mengikuti, tidak mungkin tidak ada hasil,” tuturnya.
Ia berharap melalui kegiatan ini terjalin kemitraan yang erat antara institusi pendidikan vokasi dan industri, yang pada akhirnya melahirkan lulusan berkualitas sesuai kebutuhan pasar kerja.
Di pihak lain, mantan Gubernur Bali, Wayan Koster mengapresiasi kegiatan ini. Menurutnya, kegiatan ini bisa menjadi acuan pengembangan siswa SMK agar lebih link dan match dengan kebutuhan dunia usaha. Untuk mengintegrasikan kondisi tersebut, Koster menilai cukup berupa pergub.
“Ini kan multi sektor, di sini ada Kemenaker, Pendidikan, Perindustrian dan Pariwisata, karena di Bali dominasinya kan sektor pariwisata dan juga KemenKopUkM. Setiap kementerian masing-masing punya kebijakan dengan regulasinya yang harus diharmonisasi dengan baik supaya bisa dilaksanakan di provinsi dengan tata kelola yang lebih baik dan lebih memastikan mengenai manfaatnya serta berkontirbusi untuk memajukan perekonomian di Bali,” ujar Koster dalam kegiatan tersebut.
Di pihak lain, Kepala Bidang Legal Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali Pande Ketut Suartaya selaku perwakilan perusahaan juga menilai penting penyelarasan antara tenaga kerja dan kebutuhan industri.
“Untuk dapat memasuki sebuah perusahaan, tenaga kerja perlu memenuhi kriteria yang ditentukan, dan menurutnya instansi pendidikan vokasi harus melibatkan industri ketika menyusun kurikulum pengajaran sehingga ketika siswa lulus lebih mudah memasuki pasar kerja,” nilainya.
Ia berharap dari pihak akademisi bisa membaur, saat pembuatan kurikulum kita diundang sebagai praktisi agar link and match bisa ketemu, dan saya harapkan guru-guru ikut magang karena guru yang mengajarkan siswa harus mengetahui lebih dahulu apa itu hotel. *rah