JAKARTA (Bisnis Jakarta) – Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi pada 2018 mencapai 5,26 persen, lebih rendah dibandingkan target pemerintah dalam RAPBN 2018 5,4 persen. “PDB (produk domestik bruto) pada 2018 kami perkirakan naik 5,2 persen,” kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara saat rapat kerja Komisi XI DPR dengan pemerintah dan BI di Jakarta, Senin.
Hal tersebut disampaikan Mirza setelah sejumlah anggota Komisi XI DPR RI meminta BI untuk mengkerucutkan proyeksinya dari sebelumnya yang hanya dalam bentuk kisaran yaitu 5,1-5,5 persen. Sementara itu, untuk laju inflasi pada 2018, bank sentral juga mengerucutkan proyeksinya dari sebelumnya 2,5-4,5 persen, menjadi 3,3 persen. Angka tersebut juga lebih rendah dari asumsi inflasi pemerintah dalam RAPBN 2018 yaitu 3,5 persen. “Inflasi kami proyeksikan 3,3 persen,” ujar Mirza.
Terkait inflasi sendiri, Mirza menambahkan, laju inflasi yang semakin rendah memang semakin baik untuk meningkatkan daya saing. Namun, laju inflasi yang terlalu rendah juga dinilai tidak baik bagi perekonomian. “Tahun ini inflasi 4 plus minus 1 persen, tahun depan inflasi 3,5 plus minus 1 persen atau 2,5-4,5 persen. Di bawah 2,5 kurang baik, di atas 4,5 tentu kurang baik juga,” katanya.
Sementara itu, terkait nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, Mirza menolak untuk memberikan rata-rata kurs sepanjang 2018. Ia hanya menyebutkan pada akhir 2018 nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan mencapai Rp13.550 per dolar AS. “Nilai tukar rupiah bukan merupakan target Bank Indonesia, target Bank Indonesia adalah inflasi,” ujar Mirza. (grd/ant)