Bisnisjakarta.co.id – Digitalisasi saat ini merupakan suatu keniscayaan bagi sebuah korporasi untuk dapat bertumbuh.
PT Agronesia sebagai salah satu BUMD di Jabar juga terus melakukan inovasi guna menunjang kinerja perusahaan, salah satunya dengan melakukan langkah digitalisasi.
Dalam proses digitalisasi ini, PT Agronesia melakukan kerja sama dengan PT GajiCermat yang diresmikan melalui tanda tangan MoU pada Rabu (28/9/2022) di Kota Bandung.
“Ini bukan sesuatu yang luar biasa, tapi ini sebuah langkah kecil yang penting bagi kami agar kedepannya kami bisa berubah dari era manual ke digitalisasi,” ujar Direktur Utama BUMD PT Agronesia Perseroda, M. Deddy Gamawan.
Deddy pun merasa bersyukur dirinya diberkahi tim yang hebat yang membantunya mewujudkan digitalisasi di PT Agronesia.
Menurutnya, banyak yang menawarkan model digitalisasi, tapi dirinya memilih PT GajiCermat karena beberapa hal, diantaranya keleluasaan untuk plug and play.
Selain itu, dirinya pun mendapatkan keleluasaan untuk penambahan option dan mendapatkan maintenance setiap tahun.
“Model seperti ini banyak, tapi kami melihat benefit yang bagus yang ditawarkan GajiCermat,” tuturnya.
Pria berkacamata tersebut pun mengatakan, poin dari kerjasama digitalisasi tersebut adalah transparansi.
“Kami ingin tahu karyawan bekerja dengan baik sesuai target. Dengan adanya digitalisasi, kita bisa tahu mereka bekerja dengan baik dan transparan,” ungkapnya.
Kerjasama antara PT Agronesia dengan PT GajiCermat pun diapresiasi positif oleh Kepala Biro BUMD, Investasi, dan Administrasi Pembangunan Setda Jabar, Lusi Lesminingwati.
Lusi bersyukur PT Agronesia sudah mulai merambah ke era digitalisasi. Pemprov pun sudah melakukan program digitalisasi tersebut untuk membuat pekerjaan lebih efektif dan efisien.
“Suatu perusahaan yang ingin maju, wajib bersentuhan dengan teknologi. Alhamdulilah saya cukup berbahagia kalau di Agronesia ini sudah mulai bergesar pada hal-hal yang sifatnya digitalisasi,” katanya.
Untuk langkah selanjutnya, PT Agronesia akan mencoba bekerjasama dengan salah satu anak BUMN dalam hal digitalisasi menggunakan QRIS, karena melihat cukup riskannya terjadi kehilangan atau lupa pencatatan keuangan di sisi ritel.
Deddy menyatakan, hal tersebut karena dirinya melihat masih banyak uang pecahan di sisi ritel penjualan yang cukup riskan.
Dirinya mencontohkan salah satu perusahaan di bawah PT Agronesia yaitu Pabrik Es Saripetojo yang setiap hari melakukan ritel sehingga cukup riskan untuk kehilangan ataupun lupa pencatatan.
“Kami mungkin berencana dengan salah satu anak BUMN untuk digitalisasi menggunakan entah itu pakai QR Code atau QRIS, jadi paling tidak laporan bisa cepat dan data bisa langsung diolah day by day,” pungkasnya.***