JAKARTA (Bisnis Jakarta) – Indonesia bekerjasama dengan organisasi penerbangan sipil internsional (International Civil Aviation Organization/ICAO) menyelenggarakan Workshop ICAO USOAP-CMA. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia (SDM) penerbangan sipil Indonesia yang memiliki kualifikasi sesuai aturan ICAO. Kegiatan ICAO USOAP-CMA (Universal Safety Oversight Audit Programme-Continous Monitoring Audit) dibuka Sekretaris Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub Pramintohadi Sukarno di Jakarta, Senin (19/3).
Acara ini ikut dihadiri Atase Perhubungan RI di Montreal- Kanada selaku Alternate Representative Indonesia to ICAO, Indonesia National Continuous Monitoring Coordinator dan pihak-pihak terkait ICAO USOAP lainnya.
Dirjen Perhubungan Udara Agus Santoso dalam sambutannya mengatakan, Indonesia merupakan negara besar yang berbentuk kepulauan dan terhubung dengan moda transportasi penerbangan serta ratusan bandar udara. Untuk itu sudah seharusnya Indonesia memiliki perhatian tinggi terhadap keselamatan penerbangan. “Keselamatan penerbangan hanya bisa dikelola dengan perilaku yang proaktif dan prediktif. Perilaku proaktif tercermin dalam kepatuhan pengawasan soal keselamatan penerbangan. Dengan acara ini kami berusaha untuk meningkatkan nilai Efective Implementation USOAP dengan penguatan SDM penerbangan kita,” jelas Agus Santoso.
Kegiatan workshop ini membahas materi seputar ICAO USOAP seperti CMA Online Framework (OLF) dan Electronic Filing of Differences (EFOD);PQ Self-Assessment; Submit/ Update Corrective Action Plans (CAPs); dan iSTARS 3.0 SPACE. Semua kegiatan tersebut akan dibimbing oleh ICAO Headquarter Chief Oversight Support – Air Navigation Bureau, Mr Thomas Mistos dan Regional Officer Air Traffic Management ICAO Asia and Pacific Office, Mr. Leonard Wicks.
Menurut Direktur Navigasi Penerbangan Polana Pramesthi, dengan dilaksanakannya workshop ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta dalam mengelola serta meningkatkan kepatuhan kita terhadap ICAO SARPs dan menyesuaikan dengan peraturan nasional Indonesia serta implementasinya. “Selain itu juga agar dapat meningkatkan kompetensi SDM penerbangan sipil Indonesia, khususnya pengawasan keselamatan penerbangan sipil Indonesia,” katanya.
Seperti diketahui, pada Oktober 2017 yang lalu, ICAO baru saja melakukan Coordinated Validation Mission (ICVM) yang hasilnya menunjukkan angka Effective Implementation (EI) sebesar 80,34%. Pencapaian tersebut menunjukkan peningkatan signifikan Effective Implementation (EI) Indonesia apabila dibandingkan dengan hasil audit pada tahun 2014 dan tahun 2016 lalu. (son)