JAKARTA (Bisnis Jakarta) – Ledakan bom terjadi di tiga lokasi berbeda yang menyasar Gereja di Surabaya, Minggu (13/5). Hngga saat ini diketahui, aksi bom bunuh diri tersebut telah menewaskan delapan orang dan 35 orang luka-luka.
Ledakan yang menyasar sejumlah gereja itu terjadi di Gereja Katolik Santa Maria di Jalan Ngagel Madya Utara, Surabaya, kemudian Gereja di Jalan Arjuna 21, serta Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro, Surabaya.
Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto menilai kejadian berturut-turut dari korban terorisme di Rutan Mako Brimob dan Bom Surabaya merupakan kejadian dari gerakan radikalisme yang anti Pancasila dan merongrong kewibawaan negara.
“Apa yang terjadi di Mako Brimob dan pengeboman di Surabaya merupakan satu rangkaian peristiwa yang nyata-nyata bertujuan melawan negara, dan intimidasi kolektif bagi rakyat dengan menyebarkan terorisme. Negara tidak boleh kalah dan harus melakukan mobilisasi seluruh instrumen negara untuk melawan terorisme,” ujarnya.
Atas kedua kejadian serangan terorisme itu, sudah sepatutnya Nnegara berkewajiban melindungi rakyatnya. Sebab hukum tertinggi dalam negara adalah kedaulatan negara itu sendiri.
Siapapun yang merongrong kewibawaan negara harus dihadapi dengan menggunakan seluruh pendekatan hukum, politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan, serta menggalang kekuatan rakyat untuk terlibat aktif di dalam melawan paham radikalisme.
Negara pun berhak menggunakan seluruh instrumen negara, baik hukum, POLRI dan TNI, serta birokrasi negara untuk melawan terorisme tersebut sesuai semangat dan amanat Pembukaan UUD 1945.
“Pembukaan UUD 1945 telah menegaskan bahwa pemerintahan negara dibentuk salah satunya bertujuan untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Perintah konstitusi inilah yang menjadi dasar hukum tertinggi di dalam memberantas terorisme,” ujarnya.
Kehadiran negara dan pemerintah untuk menyelesaikan masalaah ini termasuk penanganan para korban harus menjadi yang terakhir. Tidak boleh lagi ada yang diam dan tidak pedui dengan gerakan terorisme.
“Kekuatan mayoritas diam harus bangkit. Kita tidak boleh takut terhadap terorisme. Sebab mereka adalah para pengecut yang tidak boleh lagi mendapatkan hak hidup di negara cinta damai ini” tegas Hasto.
Sementara itu, Politisi dari PDI Perjuangan yang juga Calon Wakil Gubernur Jawa Timur Puti Guntur Soekarno mengutuk keras aksi terorisme yang menyerang sejumlah tempat ibadah di Surabaya.
“Teror yang diluncurkan para teroris hari ini tidak akan membuat masyarakat Jawa Timur mundur sejengkal pun untuk terus berjuang mewujudkan bangunan masyarakat yang makmur dalam keberagaman dan bahagia dalam harmoni,” kata Puti dalam siaran pers yang di terima di Jakarta, kemarin.
Cucu Bung Karno ini mengatakan mengajak seluruh warga, tokoh agama, dan tokoh masyarakat untuk mendukung seluruh kekuatan negara guna memberantas segala bentuk aksi terorisme yang merongrong persatuan Indonesia.
“Para tokoh agama, tokoh masyarakat, dan seluruh elemen masyarakat selalu bersama dan mendukung penuh semua kebijakan negara untuk melawan segala bentuk terorisme,” ujarnya.
Kepada para korban dan keluarga, Puti menyampaikan duka dan empati yang mendalam. “Kita berdoa sepenuh hati untuk mereka. Semoga Tuhan memberikan jalan terbaik untuk korban dan keluarga,” ujarnya.
Puti mengatakan, negara harus memastikan bahwa kejadian di Surabaya adalah peristiwa menyedihkan terakhir yang terjadi berkaitan dengan tindakan terorisme.
Ke depan, Puti mengajak seluruh warga masyarakat mempererat tali solidaritas untuk tidak memberi ruang bagi tumbuhnya gerakan radikal. Sikap gotong royong dan saling memiliki harus terus dijaga dan ditumbuhkan di seluruh jiwa masyarakat. (har)