
JAKARTA (Bisnis Jakarta) – Bank Indonesia menyebutkan arah kebijakan moneter pada sisa 2017 masih bersifat netral dan tetap mengedepankan stabilitas perekonomian setelah dua kali melonggarkan suku bunga kebijakan tahun ini.
Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Dody Budi Waluyo di Jakarta, Kamis, mengatakan Bank Sentral mempertahankan suku bunga acuan “7-Day Reverse Repo Rate” pada Oktober 2017 sebesar 4,25 persen, dan menyiratkan pertumbuhan ekonomi di dua triwulan terakhir 2017 akan lebih baik dari perkiraan sebelumnya.
“Stance kami tetap netral, artinya suku bunga kebijakan mampu membawa inflasi di empat persen plus minus satu persen,” ujarnya menanggapi mengenai kebijakan moneter BI dua bulan terakhir 2017.
Dody mengatakan suku bunga acuan masih menopang target sasaran inflasi di kisaran 3-5 persen dan juga defisit transaksi berjalan yang terjaga. “Sepanjang stabilitas masih menghadapi hambatan, tentunya akan berat kita melakukan penyesuaian suku bunga, sedangkan ke pertumbuhan akan kita ‘adress’ setelah stabilitas,” ujarnya.
Dengan ditahannya suku bunga kebijakan sebesar 4,25 persen pada Oktober 2017, suku bunga Deposit Facility (penyimpanan dana perbankan di BI) tetap 3,5 persen, dan Lending Facility (bunga penyediaan dana oleh BI ke perbankan) tetap lima persen. Dalam kajian BI, pertumbuhan ekonomi triwulan III/2017 diperkirakan akan tumbuh lebih baik dari triwulan II/2017 yang sebesar 5,01 persen.
Dody menjelaskan perkiraan perbaikan ekonomi karena ekspansi fiskal dan dampak pelonggaran kebijakan moneter. “Konsumsi pada triwulan III diperkirakan tumbuh ditopang oleh penyaluran gaji ke-13 PNS dan penyaluran bantuan sosial serta realisasi belanja barang Pemerintah yang tinggi. Perbaikan investasi diperkirakan terus berlanjut didukung investasi bangunan yang tumbuh cukup tinggi,” ujarnya.
Secara akumulatif, BI sudah tujuh kali menurunkan bunga acuan sejak awal 2016 dengan total 1,75 persen menjadi saat ini di 4,25 persen. (grd/ant)