JAKARTA (Bisnis Jakarta) – Jamur tiram putih potensial menjadi pangan fungsional untuk Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI), kata peneliti Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iwan Saskiawan.
“Kandungan protein yang dimiliki jamur tiram putih dapat dijadikan sebagai sumber protein murah pengganti daging atau sebagai MPASI,” katanya di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan jamur tiram putih juga mengandung beberapa senyawa aktif yang bersifat sebagai imunomodulator untuk menjaga daya tahan tubuh dari serangan penyakit.
“Saat ini, kami melalui Laboratorium Mikrobiologi pangan akan terus melakukan penelitian jamur tiram putih dan juga jamur lainnya. Penelitian ini meliputi aspek biologi, teknik budi daya, serta produk olahan pangan fungsional,” katanya.
Terkait dengan kandungan gizi jamur tiram putih, Iwan mengatakan bahwa protein yang terkandung di dalamnya rata-rata 3,5 sampai dengan lima persen dari berat basah, yang berarti dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan asparagus dan kubis.
Jika dihitung berat kering, katanya, kandungan proteinnya 19-35 persen dan hal itu juga lebih tinggi dari beras yang hanya 7,3 persen, gandum 13,2 persen, dan susu sapi 25,2 persen.
Jamur tiram putih juga mengandung lemak 72 persen. Di dalam jamur itu, terdapat asam lemak tidak jenuh sehingga aman dikonsumsi bagi penderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol) maupun gangguan metabolisme lipid lainnya.
“Lalu sekitar 28 persen asam lemak jenuh serta adanya semacam polisakarida kitin di dalamnya dapat menimbulkan rasa khas yang enak,” ujar Iwan.
Kebutuhan alternatif pangan fungsional telah menjadi perhatian pemerintah saat ini, salah satunya untuk budi daya jamur. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, luas kebun jamur di Indonesia meningkat signifikan dari waktu ke waktu.
Kecenderungan peningkatan luas tanam budi daya jamur disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kandungan gizi yang tinggi, teknologi budi daya jamur yang ramah lingkungan, kondisi alam yang mendukung, nilai ekonomi yang tinggi, dan peluang pasar yang luas.
Iwan menjelaskan bahwa jamur adalah bahan pangan fungsional, baik yang bersifat sebagai nutraceutical (jamur segar) maupun nutriceutical (bahan olahan atau ekstraksi jamur).
Selain itu, jamur pangan juga mulai dikembangkan sebagai komoditas sayuran organik yang tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia sehingga menjaga kelestarian lingkungan.
Di sisi lain, limbah yang berasal dari media tanam jamur pangan dapat diolah dan dijadikan sebagai pupuk organik untuk menjaga kesuburan tanah. (ant)