AS Jadi Penyumbang Surplus Terbesar Neraca Perdagangan 2022

JAKARTA (bisnisjakarta.co.id) – Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan bersyukur karena nilai neraca perdagangan Indonesia 2022 mencetak rekor tertinggi dengan capaian surplus sebesar 54,46 miliar dolar AS. Surplus neraca perdagangan 2022 merupakan rekor surplus terbesar selama ini.

“Saya bersyukur, surplus neraca perdagangan 2022 sebesar USD 54,46 miliar merupakan rekor terbesar selama ini. Neraca perdagangan ini didorong kinerja ekspor 2022 yang juga mencetak rekor baru dengan nilai sebesar USD 291,98 miliar,” kata Mendag Zulkifli Hasan.

Zulkifli Hasan mengungkapkan, di penghujung tahun 2022, neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada Desember 2022 sebesar 3,89 miliar dolar AS. Surplus terdiri atas perdagangan nonmigas sebesar 5,61 miliar dolar AS dan defisit perdagangan migas 1,73 miliar dolar AS. Surplus ini masih melanjutkan tren surplus bulanan ke-32 secara beruntun sejak Mei 2020. Surplus perdagangan tersebut disumbang oleh beberapa negara mitra dagang utama Indonesia.

Amerika Serikat menjadi penyumbang surplus terbesar dengan nilai sebesar 1,11 miliar dolar AS, diikuti India sebesar 0,98 miliar dolar AS, dan Filipina sebesar 0,87 miliar dolar AS. Pada Desember 2022, nilai ekspor Indonesia mencapai 23,83 miliar dolar AS. Nilai tersebut turun 1,10 persen dibanding November 2022 (MoM), namun tetap naik 6,58 persen dibanding Desember 2021 (YoY). Penurunan disebabkan melemahnya ekspor nonmigas sebesar 2,73 persen MoM.

Sedangkan ekspor migas tetap naik migas sebesar 32,46 persen MoM. Penurunan nilai ekspor nonmigas Desember 2022 terjadi karena adanya pelemahan pada seluruh sektor. Pada periode ini, ekspor sektor pertanian turun sebesar 12,09 persen, ekspor sektor industri pengolahan turun sebesar 1,12 persen, dan ekspor sektor pertambangan mengalami pelemahan sebesar 6,61 persen MoM.

Pelemahan ekspor Desember 2022 dipicu penurunan ekspor beberapa produk, antara lain kopi, teh, dan rempah-rempah (HS 09) turun 22,11 persen, bahan kimia anorganik (HS 28) turun 20,90 persen, logam mulia, perhiasan/permata (HS 71) turun 11,61 persen, pakaian dan aksesorinya (rajutan) (HS 61) turun 10,67 persen, serta lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) yang turun 9,47 persen MoM.

Di tengah pelemahan ekspor ini, terdapat beberapa produk utama ekspor nonmigas yang masih mengalami peningkatan cukup signifikan. Produk tersebut diantaranya timah dan barang daripadanya (HS 80) yang naik 61,35 persen, nikel dan barang daripadanya (HS 75) yang naik 41,50 persen, serta serat stapel buatan (HS 55) yang naik 24,45 persen MoM. Peningkatan ekspor timah dan nikel dipicu oleh peningkatan harga timah dan nikel pada Desember 2022 masing-masing sebesar 13,76 persen dan 13,24 persen MoM.

Zulkifli Hasan juga mengungkapkan, Tiongkok, Jepang, dan Amerika Serikat menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia. Pada Desember 2022, nilai ekspor nonmigas negara mitra tersebut tercatat sebesar sebesar 9,92 miliar dolar AS dan berkontribusi sebesar 44,39 persen terhadap ekspor nonmigas nasional. Adapun beberapa negara lain tujuan ekspor nonmigas yang masih mengalami peningkatan ekspor pada Desember 2022 antara lain Spanyol yang naik 91,84 persen, Pakistan naik 58,36 persen, Inggris naik 48,34 persen, Vietnam naik 21,63 persen, dan Singapura naik 16,66 persen.

“Ditinjau dari kawasan, penguatan ekspor nonmigas terbesar terjadi ke Asia Barat yang naik 207,93 persen, Eropa Utara (34,12 persen MoM) dan Eropa Selatan (15,08 persen MoM),” ujar Zulkifli Hasan.

Secara kumulatif, total ekspor selama periode 2022 tercatat mencapai 291,98 miliar dolar AS atau meningkat 26,07 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (YoY). Peningkatan ekspor tersebut ditopang penguatan ekspor sektor nonmigas yang naik 25,80 persen (YoY) menjadi 275,96 miliar dolar AS dan ekspor sektor migas yang naik 30,82 persen (YoY) menjadi sebesar 16,02 miliar dolar AS.

Impor Barang Modal Tumbuh

Total impor Indonesia pada Desember 2022 mencapai 19,94 miliar dolar AS. Nilai ini meningkat 5,16 persen dibanding November 2022 (MoM). Kenaikan dipicu oleh naiknya impor migas sebesar 14,15 persen (MoM) dan impor nonmigas sebesar 3,60 persen (MoM).

Zulkifli Hasan mengungkapkan, peningkatan impor pada Desember 2022 dipicu naiknya impor keseluruhan golongan penggunaan barang. Impor barang modal mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 12,90 persen (MoM), diikuti oleh pertumbuhan impor barang konsumsi yang naik 7,71 persen, dan bahan baku/penolong naik 3,08 persen.

Peningkatan impor barang modal dan bahan baku/penolong pada periode ini dipengaruhi oleh berlanjutnya pemulihan industri dalam negeri yang terlihat dari Purchasing Manufacturing Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang berada pada level 50,9. Nilai ini naik dari posisi PMI bulan November 2022 yang berasa di level 50,3. Adapun produk impor barang modal yang mengalami kenaikan pada Desember 2022 diantaranya kereta cepat dan kendaraan untuk angkutan barang. Sedangkan beberapa bahan baku/penolong yang mengalami peningkatan, antara lain bahan bakar diesel, minyak mentah, dan gandum.

Sementara untuk beberapa barang konsumsi yang meningkat signifikan pada Desember 2022 adalah bawang putih, buah-buahan, dan daging. Peningkatan impor barang konsumsi terjadi karena meningkatnya permintaan saat liburan Natal dan Tahun Baru serta menguatnya daya beli masyarakat yang tercermin dari meningkatnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari 119,1 pada November 2022 menjadi 119,9 pada Desember 2022.

Berdasarkan negara asal, impor nonmigas Indonesia didominasi dari Tiongkok, Jepang, dan Australia dengan total pangsa 48,60 persen dari total impor nonmigas Desember 2022. Sedangkan negara asal impor dengan peningkatan impor nonmigas terbesar secara bulanan adalah Norwegia yang naik 758,83 persen, Finlandia (111,60 persen), Hongkong (49,60 persen), Jerman (42,05 persen), dan Swedia (36,90 persen).

“Secara kumulatif, total impor periode Januari–Desember 2022 mencapai USD 237,52 miliar atau naik 21,07 persen dari periode 2021 (YoY). Pertumbuhan impor tersebut dipicu melonjaknya impor migas sebesar 58,32 persen dan naiknya impor nonmigas sebesar 15,50 persen YoY,” tutup Zulkifli Hasan. *rah

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button