Implementasi Konsep Airport Collaborative Decision Making, Bandara Soetta Jadi Yang Pertama

JAKARTA (Bisnisjakarta)-
PT Angkasa Pura II selalu mendorong adanya peningkatan efektifitas dan efisiensi dalam operasional penerbangan untuk mendukung seluruh stakeholder menghadapi pandemi global COVID-19.

Perseroan tengah menyiapkan konsep berbasis teknologi yaitu Airport Collaborative Decision Making (A-CDM), yang pada tahap awal akan diimplementasikan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

A-CDM menciptakan kolaborasi lebih erat antara operator bandara (PT Angkasa Pura II), penyedia jasa navigasi penerbangan (AirNav Indonesia), maskapai, penyedia jasa ground handling dan stakeholder lainnya guna meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam operasional penerbangan. “PT Angkasa Pura II mengajak seluruh stakeholder di Bandara Soekarno-Hatta untuk mengimplementasikan A-CDM di tengah pandemi ini agar efektifitas dan efisiensi dapat meningkat. Hal ini sejalan dengan arahan Menteri BUMN Erick Thohir agar BUMN secara proaktif melakukan adaptasi digital dalam proses bisnisnya sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi operasional ditengah pandemi Covid-19 ini. Kami ingin kolaborasi di antara stakeholder dapat ditingkatkan ke level lebih tinggi dari yang ada sekarang,” jelas President Director PT Angkasa Pura II Awaluddin.

A-CDM belum pernah diimplementasikan di Indonesia, dan Bandara Soekarno-Hatta akan menjadi bandara pertama yang menerapkan konsep tersebut.

Adapun sebagai bagian dari implementasi A-CDM, stakeholder di Bandara Soekarno-Hatta akan terhubung di satu platform digital yang memuat berbagai data terkait operasional bandara dan penerbangan yang disediakan oleh stakeholder.

Sebagai contoh, PT Angkasa Pura II selaku operator Soekarno-Hatta menyediakan informasi penerbangan secara realtime, rencana lokasi parkir bagi pesawat dan gate keberangkatan penumpang secara realtime, dan status koordinasi di dalam proses A-CDM itu sendiri. “Operator bandara akan berperan seperti ketua komite di dalam A-CDM ini sehingga juga mengawasi jalannya koordinasi di dalam A-CDM,” ujar Muhammad Awaluddin.

Sementara itu maskapai menyediakan rencana penerbangan secara realtime termasuk jenis pesawat, jumlah penumpang dan sebagainya. Maskapai juga menyediakan informasi mengenai target waktu pesawat siap beranjak dari tempat parkir (Target Off-Block Time/TOBT) untuk diberangkatkan.

Adapun penyedia jasa navigasi penerbangan dalam hal ini adalah AirNav Indonesia menyediakan informasi mengenai penggunaan runway yang sedang digunakan, rencana penggunaan runway, kapasitas runway, dan informasi lainnya terkait lalu lintas penerbangan. “Melalui kolaborasi yang lebih erat lewat A-CDM maka efesiensi dan efektifitas dapat dicapai. Contohnya, kolaborasi yang lebih baik dan cepat dalam menjaga konsistensi ketepatan waktu penerbangan [on-time performance/OTP], di mana  operator bandara menyiapkan parking stand yang sesuai dengan profil penumpang dan pesawat, AirNav Indonesia menyiapkan slot time dan penggunaan runway, dan maskapai serta ground handling menjalani prosedur sesuai waktu.”

Awaluddin mengatakan, target pesawat siap beranjak dari tempat parkir (Target Off-Block Time/TOBT) dapat dipenuhi, untuk kemudian pesawat menuju taxiway dan runway, lalu take off. Keseluruhan proses tersebut dapat dilakukan dengan persiapan yang lebih matang, lebih cepat dan konsisten melalui A-CDM.

Di samping itu, persiapan di dalam terminal bandara juga dapat dilakukan lebih awal misalnya menentukan gate keberangkatan/kedatangan sesuai dengan profil penumpang, menentukan jumlah personel aviation security yang harus melakukan pengawasan, menentukan letak conveyor belt agar penumpang tidak menunggu lama ketika mengambil bagasi, hingga menentukan check-in counter. “Intinya dari penumpang mendarat sampai keluar terminal bisa disiapkan sebelum-sebelumnya, dan sebaliknya bisa menjaga kelancaran flow saat penumpang sampai di bandara hingga terbang,” ungkap Awaluddin.

AOCC dan ATFM

Di dalam melakukan implementasi A-CDM, Bandara Soekarno-Hatta telah melakukan persiapan sejak lama di antaranya dengan mendirikan gedung Airport Operation Control Center (AOCC) yang dilengkapi sejumlah peralatan teknologi terkini.

Sementara itu, AirNav Indonesia telah mengembangkan sistem Air Traffic Flow Management (ATFM). Direktur Utama AirNav Indonesia M. Pramintohadi Sukarno mendukung penuh implementasi A-CDM di Soekarno-Hatta. “AirNav Indonesia mendukung penuh implementasi A-CDM di Bandara Soekarno-Hatta untuk lebih menciptakan efisiensi dan efektifitas dalam penerbangan,” ujar Pramintohadi. (son) 

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button