Jalur layang kereta api Bandara Kualanamu – Medan yang telah dioperasikan mulai 1 Desember 2019 lalu diharapkan dapat menjadi tulang punggung (backbone) Angkutan Massal Perkotaan di kota Medan. Demikian disampaikan Menhub Budi Karya Sumadi saat membuka Focus Group Discussion (FGD) Jalur Layang Kereta Api di Medan, Sabtu (4/1).
dengan tema “Jalan Layang Kereta Api: Solusi Angkutan Massal Sekejap dan Nyaman, Lalu Lintas Lancar dan Aman” dalam kegiatan peninjauan pengoperasian Jalur KA Layang Rute Bandara Kualanamu – Medan di Stasiun Besar Medan, Sabtu (4/1).
Pembangunan jalur layang KA sepanjang 10,8 km bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan KA Bandara di Medan. Selain jalur Layang KA bandara, turut dibangun beberapa prasarana pendukung seperti pembangunan Gedung Baru Stasiun dan Pemasangan Peralatan Pendukung di Stasiun Medan dan pembangunan Sistem Persinyalan Stasiun Medan Interface Stasiun Pulo Brayan, Stasiun Sunggal antara Medan – Bandar Khalipah lintas Medan – Araskabu.
Penyelesaian pembangunan jalur layang KA ini terbukti dapat membantu mengurangi kepadatan jalan karena sudah tidak ada perlintasan jalur KA lg. Ada sebanyak 9 perlintasan yang dihilangkan melalui pembangunan jalur KA layang ini. "Dari hari ke hari kita mesti mengurangi perlintasan sebidang untuk safety, tapi tidak sekaligus dilakukan, melainkan secara bertahap,” sebut Menhub.
Dengan beroperasinya jalur layang ini, waktu tempuh perjalanan menjadi semakin cepat. Jika sebelumnya waktu tempuh dari dan menuju ke bandara memakan waktu 45 menit atau bahkan lebih, saat ini dapat ditempuh hanya dalam waktu 28 menit.
Selain itu headway atau waktu tunggu kedatangan kereta juga menjadi lebih singkat yaitu rata-rata 30-40 menit, sehingga akan semakin meningkatkan minat masyarakat dalam menggunakan angkutan kereta Bandara. "Namun saya harus terus terang kereta bandara ini belum maksimal, oleh karenanya saya meminta kepada Railink untuk menambah trainset. Supaya hawdwaynya jangan setengah jam, tapi 15 menit,” tambah Menhub.
Selanjutnya Menhub ingin agar jalur layang kereta api ini dapat diteruskan. Ia meminta pihaknya untuk dapat menginvetarisasi daerah-daerah yang dapat dibangun jalur layang kereta api. "Kita ingin menginventarisasi kira-kira kereta layang ini diteruskan ke mana, bisa ke Binjai, Delitua atau Pancur Batu. Ini bisa menjadi rekomendasi yang kita buat sebagai suatu jangkar dari angkutan massal kota Medan,” tuturnya.
Investasi Pembangunan jalur layang KA sepanjang 10,8 Km ini menggunakan pembiayaan APBN/SBSN tahun jamak dimulai Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2019 dengan alokasi anggaran sebesar Rp 2,86 triliun.
Hasil Pembangunan prasarana ini telah melalui pengujian oleh Komite Keselamatan Jembatan Terowongan dan Jalan (KKJTJ) dan juga telah diuji oleh Balai Pengujian Ditjen Perkeretaapian dan dinyatakan laik operasi.
Sejak tanggal 1 Desember 2019 telah beroperasi dengan GAPEKA Baru serta beberapa peningkatan antara lain waktu tempuh berkurang menjadi 28 menit, headway kereta berkisar 30-40 menit serta jumlah perjalanan kereta bertambah dari 42 menjadi 50 per hari.
Sejak beroperasi 1 Desember 2019, terjadi kenaikan jumlah penumpang. Pada Desember 2019 terdapat 50.630 penumpang dibandingkan pada bulan November 2019 sebanyak 48.719 atau ada kenaikan sekitar 10%.
Dengan meningkatnya frekuensi perjalanan KA dan waktu tempuh yang semakin singkat, diharapkan masyarakat semakin memilih kereta api sebagai transportasi utama dari Bandara ke kota Medan maupun sebaliknya. Sehingga tujuan pembangunan dan peningkatan jalur lintas KA layang dapat terwujud yaitu untuk mengurangi kepadatan jalan raya dan mengurangi tingkat kecelakaan di perlintasan sebidang. (son)